Beberapa hari ini saya sempat beradu argumen dengan ayah karena sesuatu yang sudah berjalan selama bertahun-tahun namun tidak pernah berubah. Saya ingin memberikan sedikit masukan kepada ayah agar usahanya lebih baik, namun ia masih begitu kolot menjalankan sistem usaha yang begitu-begitu saja dari dulu hingga sekarang.
Ceritanya ayah lagi ada proyek yang cukup banyak, beberapa pekerja setianya masih tetap bekerja seperti biasa. Namun karena proyeknya terus bertambah banyak, akhirnya mau tak mau ayah harus menambah pasukan agar pekerjaannya bisa segera selesai dan tentunya bisa mendapatkan hasil usaha seperti yang diharapkan.
Beberapa pekerja baru adalah orang lama yang terbilang cukup bermasalah. Mereka adalah pekerja yang bisa dibilang seenaknya sendiri. Ketika butuh uang, mereka akan ikut bekerja, namun setelah mendapat gaji, mereka akan keluar kerja tanpa permisi, bahkan terkadang ada sangkut paut utang yang belum beres.
Masalahnya, ayah adalah sosok yang kurang tegas. Jujur saja, selama hidup di muka bumi ini sepertinya belum sekalipun dimarahi oleh ayah, bahkan ketika saya lagi nakal banget sekalipun, ayah cuma menasehati seperlunya dan seakan enggan membuat masalah dengan emosi.
Ketika ada pekerja yang seenaknya sendiri, ayah diam saja dan membiarkannya. Jadi, kalau mau kerja yang silakan, kalau udah enggak mau kerja ya silakan keluar. Begitulah sikapnya yang perlahan tapi pasti akhirnya disepelekan oleh pekerjanya sendiri.
Jadwal kerja sebenarnya dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, tapi para pekerja seenaknya sendiri berangkat jam 9 dan pulang jam 3 sore. Belum lagi kalau lagi nggak ditungguin, pekerjaannya tidak jelas karena mereka kerja seenaknya sendiri dan terkadang malah nongkrong di tempat kerja. Mereka bisa seenaknya seperti itu karena ayah kurang tegas dan kurang berwibawa seperti bos pada umumnya, yah setidaknya begitulah yang ada di pikiran saya dan ibu.
Sudah berulangkali saya dan ibu menasehati ayah agar dia tegas kepada pekerjanya, bukan apa-apa, tujuannya hanya untuk mendidik pekerja yang bandel dan seenaknya sendiri. Tapi sepertinya percuma saja karena berkali-kali ngomong, tapi toh tak pernah digubris sama sekali. Ayah tetap menjadi sosok bos yang enggan menjadi bos.
Kadang-kadang kasihan juga melihat ayah kerepotan sendiri di pagi hari, dia harus menjemput para pekerjanya agar mau berangkat tepat waktu. Bosnya yang menjemput karyawannya bro!. Makanan untuk pekerja juga harus tepat waktu. Oh iya, cerita lagi nih, seumur-umur ayah punya beberapa pekerja, tidak pernah ada makanan yang dibedakan antara makanan untuk keluarga dan para pekerja. Bahkan tak jarang, makanan untuk pekerja lebih enak ketimbang makanan untuk keluarganya sendiri, aneh bukan?!
Jadi bos tapi tetap saja kelelahan, ia harus ikut bekerja seperti para pekerjanya. Saat pekerja pulang ke rumah, ayah masih harus bekerja menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Hanya satu dua pekerja aja yang punya rasa riwuh pekewuh, mereka enggan pulang sebelum ayah selesai karena mereka itulah yang terbilang pekerja setia ayah sejak dulu kala.
Masalah bayaran lebih parah lagi, para pekerja ini maunya bayaran seenak udelnya. Padahal mereka sadar, terkadang ayah belum punya uang karena dagangannya belum laku. Tapi toh para pekerja tidak peduli, pokoknya kalau mereka butuh uang ya harus dikasih. Kalau sampai nggak dikasih, biasanya para pekerja akan mogok kerja, pindah ke tempat lain, menceritakan kejelekan ayah dan lain sebagainya.
Ayah adalah sosok yang kurang tegas, tidak enakan sama orang dan tentunya tidak pernah merasa menjadi bos sama sekali, meski ia bisa mempekerjakan beberapa orang selama bertahun-tahun. Ayah merasa sama saja, entah bos atau pekerja, statusnya sama saja dan tidak mau membeda-bedakan status pekerjaan.
Nggak tahu juga deh, mungkin cuma ayah yang sikapnya seperti itu atau memag ada bos-bos lain yang mirip-mirip seperti ayahku. Semoga para pekerja yang tidak mendapat sosok bos tegas dan disegani bisa sadar diri dan lebih menghormati ayah karena mereka menyadari posisinya sendiri.
0 komentar:
Post a Comment