Alkisah teman saya berhasil dalam salah satu bisnis musiman yang ia geluti belum lama ini, keuntungannya begitu menggiurkan karena dalam sehari ia bisa mendapatkan uang dengan sangat mudah tanpa perlu bekerja keras lagi. Kerjanya hanya mengambil stok dari petani, menghubungi langganannya dan mengantarnya, lalu uang masuk ke sakunya dan ia sudah selesai bekerja sebelum adzan Dzuhur berkumandang, sementara pendapatannya sudah melewati penghasilan beberapa pekerja yang harus kerja keras sampai sore selama seminggu penuh.
Namun, ini ada namunnya. Dia terlalu terlena dengan keuntungan mendadak itu hingga ia lupa bahwa bisnisnya itu bisnis musiman, dimana suatu ketika akan berakhir dan ia akan kehilangan pendapatannya dari bisnis itu. Bahkan saking lupa dirinya, ia malah meninggalkan pelanggan-pelanggan lamanya yang dirasa tidak lagi nurut sama harga yang ia berikan. Pada saat itu, ia merasa di atas dan menguasai semuanya sehingga ia menjadi demam-kuasa.
Jangankan bisnis musiman, lupa diri dalam bisnis biasa aja masalah besar, atau bahkan nganggur saja kalau sampai lupa diri bisa jadi masalah besar!
Bisnisnya perlahan loyo, padahal musimnya belum berakhir. Stok barangnya rusak parah, pelanggannya sudah muak dengan kelakuan teman saya ini. Baru beberapa minggu jalan, keuntungan yang sudah dia hitung-hitung begitu banyaknya, ternyata hancur tanpa sisa karena manajemen bisnis yang salah kaprah.
Awalnya saya ikut merasa senang ketika ia bercerita bahwa modalnya yang hanya 500 ribu sudah berlipat ganda lebih dari 10 kali lipat. Belum lagi keuntungan bisnis yang katanya sudah lebih besar dari modal keseluruhan. Bahkan ia sudah berniat untuk membuka lapak sendiri, membeli mobil dan menjadi pedagang yang mandiri tanpa tergantung pada pelanggannya.
Karena lupa dirinya itu pula, ia kemudian mulai kehilangan segalanya dalam waktu yang sangat singkat, sekitar 2 hari saja. Kenikmatan yang sering ia bicarakan hilang seketika berganti dengan duka dan curhatan pait ala pedagang yang bangkrut. Saya bingung menghadapi orang seperti ini, entah nasehat apa yang harus saya berikan ketika ia memintanya. Saya takut menyakiti hatinya hanya karena kebenaran yang coba saya katakan.
Pelajaran baru untuk kita semua, tidak ada yang mudah dalam bisnis, bahkan ketika kita dalam keadaan jaya sekalipun, bukan tak mungkin itu hanya cobaan sebelum kita jatuh terperosok ke dalam lubang yang menyedihkan.
Saya sudah pernah mengalami kehilangan pelanggan, saya sudah pernah mengalami kerugian, modal yang hilang bukan hal yang mengagetkan saya lagi, tapi Alhamdulillah saya bisa bertahan dalam situasi itu meski sebenarnya agak memusingkan. Prinsip saya bukan pada hasil, tapi bagaimana saya bisa menjalankan bisnis dengan baik dan benar, tanpa merugikan orang lain sama sekali.
Keyakinan saya (mungkin) terlalu kuat bahwasanya ketika saya berbuat baik, maka hasilnya baik pula, mungkin itu pula yang membuat banyak orang berkomentar bahwa saya gagal dalam bisnis karena terlalu putih (mungkin). Tapi bagi saya, bisnis itu adalah pilihan dimana saya bisa memilih cara rejeki datang, tentu dalam keadaan baik seperti yang saya harapkan.
0 komentar:
Post a Comment