Jangan Nekat Jadi YouTuber Kalau Gak Kuat dengan Hujatan Netizen!

Begitu banyak berita yang menunjukkan betapa menggiurkannya menjadi seorang pembuat konten di YouTube. Banyak diantara mereka yang sukses mendapatkan uang jutaan, puluhan juta, ratusan juta bahkan hingga miliaran Rupiah tiap bulannya. Tentu saja berita semacam ini akan menggoda banyak orang untuk segera terjun ke dunia YouTube, membuat konten terbaik mereka dan berharap uang instant dari situs video terbaik di dunia milik Google tersebut.


Namun apa yang terjadi selanjutnya?

Dari pengalaman saya, di awal memulai akan semangat sekali mencari video original untuk mengisi channel dengan konten yang menarik. Bahkan, saya pernah dikatakan alay, rada kurang waras dan lain sebagainya karena doyan merekam momen-momen tertentu saat bersama teman-teman.

Setelah channel mulai terisi dengan video original, nyatanya tidak ada view, tidak ada subscribe dan rasanya mau menyerah di tengah jalan. Namun godaaan uang melimpah seperti para YouTuber sukses terus menggoda dan memaksa untuk bekerja ekstra.

Belajar dan terus belajar!

Saya mencoba mengedit video dengan lebih baik, mencari jenis konten yang viral dan disukai banyak orang. Setelah berbulan-bulan belajar, akhirnya saya mulai bisa mencari viewers dan subscribers untuk memenuhi syarat mengikuti program partner youtube (YPP) yang mewajibkan 1 ribu subscribe dan 4 ribu jam tayang selama 1 tahun.

Masalah mulai muncul meski hasil nyata belum didapatkan!

Ingat pepatah yang mengatakan "semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa?".

Video saya semakin banyak penontonnnya dan hal itu berpengaruh juga terhadap pelanggan di channel saya, namun ada efek mengerikan yang membuat saya stres beberapa hari karena ulah netizen yang katanya 'maha benar'. Mereka dengan seenak hatinya menghina, memfitnah, menghujat,  menyumpahi, mengancam dan bahkan menyampaikan kata-kata kotor yang mengerikan. Komentar pedas netizen di YouTube benar-benar menakutkan, mungkin seperti kata-kata dosen penguji atau mungkin hakim sekalipun.

Awalnya saya cuek saja karena sejak awal saya punya niat untuk menyajikan video yang menghibur dan informatif, namun nyatanya banyak orang yang salah paham dan menghakimi saya dengan pemahaman mereka sendiri. Namun lama kelamaan saya gerah juga, mau dibalas komentarnya namun malas dan saya pikir hanya akan menambah perdebatan, hingga akhirnya saya memilih untuk menghapus komentar negatif yang terlalu kasar. Sebagian video juga sudah saya edit agar komentarnya bisa dimoderasi.

Perasaan sedih, takut, terancam dan lain sebagainya mulai menghinggapi saya hingga sempat saya berfikir, kok bisa yah mereka mengatakan bahwa saya ini pengemis, saya ini hanya cari untung saja, saya ini pengadu domba, saya ini bodoh, saya ini buruk, dan lebih mengerikan lagi ada yang mengatakan bahwa rejeki saya tidak berkah karena dari YouTube (lah, ulama aja gak mengharamkan, ini netijen yang maha benar bisa bilang begitu, padahal saya belum mendapatkan uang dari YouTube karena channel baru dibangun).

Kalaupun saya bisa dapat uang dari YouTube, sepertinya uangnya tidak seberapa dan belum tentu juga sepadan dengan perjuangan dan pengorbanan saya. Kabarnya konten lokal hasilnya minim dan kurang begitu menghasilkan, namun saya tidak terlalu dengan nominal karena saya lebih suka memuaskan hasrat saya terhadap suatu keinginan dan tujuan.

Sungguh berat jadi seorang YouTuber, namun saya Bismillah saja, niat saya baik dan saya yakin tidak melanggar hukum, semoga Allah senantiasa memberikan kesabaran dan jalan keluarnya.

Bagi kalian yang berniat untuk memulai jadi seorang pembuat konten di YouTube, saya sarankan agar memilih topik yang tidak mengundang perdebatan. Misalnya saja konten untuk anak-anak, konten hiburan, konten lucu dan konten ringan lainnya. Jangan mengambil konten politik, agama, idola fanatik dan lain sebagainya.

Wirausahakan Updated at: 11:42 PM

0 komentar:

Post a Comment