Pernah dengar gak kalau ada es dawet yang bahan utamanya dari daging ikan lele? Saya sendiri malah baru baca dari finance.detik.com pagi ini. Karena penasaran, jadi saya baca sampai akhir dan ternyata ini adalah salah satu inovasi dalam bisnis kuliner yang menurut saya sangat keren dan ada potensi bisa berkembang dengan pesat ke depannya.
Ibu Eka yang berasal dari Boyolali, Jawa Tengah, berhasil mengembangkan bisnis yang berbahan dasar dari ikan lele. Dia berhasil membuat cemilan yang enak dari ikan lele, diantaranya adalah es dawet ikan lele, abon lele, dendeng, kerupuk, bakso, sosis, otak-otak, kaki naga, tahu bakso, galantin, lele crunchy, lestari, dan lain sebagainya.
Bisnis yang dia bangun sejak tahun 2010 ini sudah mulai berkembang, bersama 15 rekannya yang merupakan ibu-ibu rumah tangga di desanya, Eka berhasil memberdayakan para wanita agar bisa lebih produktif dalam hidupnya.
Dari semua cemilan yang dibuat Ibu Eka bersama rekan-rekannya, ada salah satu cemilan yang menurut saya sangat unik, yaitu es dawet lele. Biasanya kita menemukan es dawet berbahan dari tepung beras, gula, dan santan, namun es dawet yang satu ini berbahan dasar dari ikan lele, emang gak amis yah?
Menurut pengakuannya, pada awal pembuatan es dawet lele ini memang sempat diragukan oleh banyak orang karena mereka merasa jijik dengan ikan lele yang amis. Menurut mereka, es dawet berbahan lele ini tidak enak, padahal belum mencobanya sama sekali.
Namun seiring berjalannya waktu, es dawet lele ini malah jadi salah satu makanan favorit yang ada di tempat usahanya. Menurut pengakuan Ibu Eka, dalam sehari dia bisa menjual es dawet lele hingga 200 porsi dengan harga Rp 5.000, 00, artinya omset dari es dawet ikan lele ini saja sudah mencapai Rp 30 jutaan dalam sebulan.
Kesuksesan es dawet ikan lele ini juga dibarengi dengan cemilan lainnya, salah satunya adalah abon yang jadi makanan favorit para pembeli. Dalam sebulan omset bisnis yang diperoleh oleh Ibu Eka bisa mencapai Rp 60-70 juta dengan keuntungan hingga 25%.
Bisnis ini sudah mulai dikenal di Indonesia, bahkan sempat ada tawaran kerja sama dari Singapura namun ditolak oleh ibu Eka karena kesulitan dalam menemukan bahan yang diminta. Semoga semakin banyak Ibu Eka lainnya dari Indonesia yang berhasil mengembangkan bisnisnya dan memberdayakan para wanita di sekitar tempat tinggalnya.
0 komentar:
Post a Comment