Saya pernah membaca sebuah peribahasa yang jarang diketahui oleh orang banyak, sebuah kata-kata membingungkan yang isinya "Berusahalah sekuat tenaga seakan-akan Tuhan enggan untuk membantumu". Jika orang awam membaca peribahas itu, dia akan marah dan menyalahkan peribahasa ini, karena mereka berfikir Tuhan pasti akan membantu hambanya yang sedang berusaha.
Yah, saya juga mengiyakan pendapat yang mengatakan Tuhan pasti membantu hamba-Nya yang sedang berusaha karena Tuhan maha Pengasih lagi maha Penyayang. Namun jika kita memahami arti dari Tawakal dan Mastatho'tum dengan mendalam, kita akan memahami pepatah di atas yang seakan kita ingin mandiri dari bantuan Tuhan, namun sebenarnya bukan seperti itu maksudnya.
Tawakal sendiri artinya berusaha dan berdo'a, lalu menyerahkan segala hasilnya kepada Tuhan semata karena Dia yang maha berkehendak atas segala sesuatu. Sedangkan Mastatho'tum dalam bahasa mudahnya adalah berusaha sekuat tenaga sampai Tuhan sendiri yang menghentikan usaha kita.
Ada sebuah kisah yang menceritakan tentang penerapan mastatho'tum dalam kehidupan kita, seorang guru ingin mengajari muridnya arti mastatho'tum dan beliau menyuruh muridnya lari mengelilingi lapangan sekuat mereka. Beberapa berhenti di putaran 5 karena sudah tidak sanggup dan memilih untuk menepi sembari istirahat, sementara sebagian masih terus berlari karena punya tenaga yang lebih dari yang lain. Setelah semua muridnya menyerah, sang guru juga ikut berlari mengelilingi lapangan dan hanya 3 putaran saja dia sudah terlihat lemah tak berdaya, namun bukannya berhenti dan istirahat, sang guru terus berlari sampai dia pingsan.
Murid-muridnya menolong sang guru dan memberikan bantuan agar gurunya sadar kembali, setelah sadar snag guru mengatakan bahwa yang dia lakukan adalah mastatho'tum. Dia berusaha sekuat tenaga sampai Tuhan yang menghentikannya sendiri, yaitu dengan membuatnya tidak sadarkan diri akibat lelah yang sudah melewati batas.
Sebenarnya dalam dunia usaha, ini adalah sebuah prinsip yang banyak dipakai oleh orang China, mereka meghabiskan waktunya untuk membangun usaha mereka, bahkan ada yang memulai usahanya dari jam 3 pagi sampai jam 12 malam, yang artinya mereka hanya tidur selama 3 jam saja dalam satu hari. Mungkin sebagian orang mengatakan bahwa hal itu berlebihan, namun orang-orang itu juga punya alasannya sendiri untuk mengejar sukses.
Saya berfikir peribahasa di atas beberapa waktu dan saya menyimpulkan bahwa peribahasa itu adalah sebuah penjelasan tentang mastatho'tum dan tawakal. Kita memang harus berusaha dan berdo'a dengan menyerahkan hasil kepada Allah SWT, namun tanpa kita sadari, terkadang kita belum berusaha semaksimal yang kita bisa. Misalnya saja, sebenarnya kita masih bisa mengupayakan keuntungan usaha hingga 100% namun kadang di tingkat 50% saja kita sudah merasa lelah dan butuh liburan (betul?), dan kita berdo'a meminta kemurahan dari Allah SWT untuk hasil kita. Menurut saya, itu belum tawakal yang maksimal karena kita belum berusaha dengan sekuat tenaga.
Ada baiknya kita kembali berfikir, apakah kita sudah melakukan segala sesuatu yang kita bisa? Berdo'a dan berusaha memang wajib, keduanya harus seimbang, namun apakah kita sudah berusaha dengan baik? apakah kita tidak lupa untuk berdo'a?!
0 komentar:
Post a Comment