Tenaga kerja wanita asal Indonesia banyak sekali yang diberangkatkan ke luar negeri, ada yang di Malaysia, Arab, Korea, China, Hongkong, dan negara-negara maju lainnya. Kebanyakan mereka mendapatkan gaji yang lebih tinggi ketimbang di negeri sendiri, itulah mengapa banyak orang yang akhirnya nekad ingin menjadi TKI karena gaji yang lumayan tinggi.
Namun sayangnya masih banyak TKW yang kurang bisa memanfaatkan kesempatan yang sedang mereka miliki, beberapa dari yang saya dengar, ada TKW yang bahkan tidak bisa menikmati hasil jeri payahnya di negeri orang, ada juga yang hasil kerja kerasnya hanya dipakai foya-foya keluarganya di kampung, ada pula yang tidak ada kabar sama sekali.
Sebenarnya kalau para TKW mau berfikir lebih dalam lagi, saat ini mereka seperti seorang yang turun ke dalam sumur menimba air sebanyak-banyaknya untuk dibawa ke daratan, yang jadi pertanyaan, untuk apa air itu ketika sudah di daratan? Apakah dipakai untuk minum dan mandi lalu habis? Atau dipakai untuk hal lain yang lebih berguna? Saya punya sebuah cerita dari tetangga, mungkin ini bisa dijadikan sebagai pertimbangan anda yang sedang bekerja di luar negeri.
Ada seorang wanita yang bekerja di Arab Saudi sebagai TKW, kontrak kerja 3 tahun (kalau tidak salah), gaji yang didapatkannya lumayan besar, anggaplah mencapai 10 juta setiap bulannya. Pada awal dia bekerja di Arab, uang gajinya dia kirimkan ke rumah untuk membiayai anaknya dan membangun rumahnya, namun kemudian dia berfikir lagi, jika terus-terusan begini maka sekembalinya dia dari negeri orang dia akan kebingungan lagi karena uang yang dia punya akan cepat habis.
Wanita ini kemudian berbicara kepada suaminya, dia menceritakan keinginannya untuk membuka usaha di kampung, dia punya cita-cita jika kelak dia kembali ke tanah kelahirannya, dia dan keluarganya sudah punya persiapan untuk kehidupannya. Sang suami mengiyakan permintaan istrinya, kemudian sang suami membuka usaha produksi bantal dan kasur, tentu dengan modal besar dari istrinya yang bekerja di luar negeri.
Usaha itu berjalan terus dengan cukup lancar, uang kiriman dari sang istri membuat suaminya leluasa dalam mengembangkan bisnis, dan istrinya juga tidak ketakutan kalau uang hasil jeri payahnya digunakan sia-sia karena dia tahu suaminya memakai uangnya dengan baik untuk membangun usaha.
Sekembalinya sang istri dari luar negeri, wanita itu kemudian mendapati hasil jeri payahnya di luar negeri dan perjuangan suaminya di kampung. Kini usahanya sudah besar dengan karyawan yang mencapai belasan orang, mereka juga punya beberapa kendaraan yang mengangkut produksinya ke luar kota, jaringan bisnisnya sudah luas dan kini usaha mereka bahkan bisa menghasilkan lebih banyak ketimbang gaji sang wanita dulu kala di Arab Saudi.
Terserah anda mau percaya atau tidak dengan cerita ini, namun yang ingin saya tekankan di sini adalah "aji mumpung". Kalian yang sedang di luar negeri kebanyakan mendapatkan gaji cukup besar, ada baiknya kalian mengurangi nafsu belanja dan tingkat konsumerisme kalian, mumpung masih ada kesempatan dan modal yang bisa didapatkan, bangunlah bisnis yang cukup menghasilkan di kampung.
Jangan sampai sekembalinya kalian dari perantauan, eh kalian malah bingung mau ngapain di rumah, uang habis nanti malah ingin berangkat lagi. Mungkin saat ini tenaga kalian masih mampu, namun lama kelamaan kalian akan menua dan tidak lagi dibutuhkan tenaganya, untuk itulah persiapkan masa tua kalian sedini mungkin.
0 komentar:
Post a Comment