Kini saya sudah bertekad menjadi seorang pengusaha, jalan yang saya pilih ini bukan tanpa alasan sama sekali, karena sebenarnya pengalaman dari masa lalu ikut membantu saya memutuskan pilihan saya dalam dunia usaha ini. Kalau ditanya pengalaman kerja, saya pernah merasakan bagaimana bekerja menjadi seorang kuli di tempat pembuatan mebel, dan pengalaman itu rasanya terlalu berharga untuk saya lupakan bahkan hingga saat ini dimana saya sudah tidak ingin untuk bekerja lagi.
Sekitar 6 tahun yang lalu, saya adalah seorang pemuda yang tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk bekerja karena kala itu saya hanya anak yang putus sekolah setelah lulus SMP, hal itu karena perilaku saya sendiri yang memang malas untuk melanjutkan pendidikan. Tanpa keahlian, tanpa pendidikan, tanpa pengetahuan kala itu saya terombang-ambing dan hampir putus asa dengan masa depan saya, hingga akhirnya ada teman yang mengajak untuk kerja, dan sebagai seorang pengangguran yang hanya merepotkan orang tua, saya langsung mengambil pekerjaan tersebut.
Saya harus berangkat ke kota sebelah untuk bekerja di tempat pembuatan mebel, jam kerja saya mulai pukul 8 pagi hingga 5 sore. Saya yang notabene tidak pernah kerja keras di rumah, harus memaksakan diri untuk mengangkat kayu yang beratnya puluhan kilogram, memotong kayu, mengamplas kayu hingga bersih, mengecat mebel, dan membantu tugas para tukang yang menurut saya pekerjaan ini berat. Gaji yang saya dapatkan sangat kecil, hanya Rp 75.000, 00 dalam satu minggu, untuk 6 hari kerja saya digaji sebesar itu.
Sedih ketika malam datang, saya mengurung diri di kamar meratapi nasib saya, rindu dengan orang tua di rumah, ingin pulang tapi malu karena belum punya uang. Kadang kala saya ingin menangis di kamar, bagaimana hidup ini begitu berat kala saya harus menyadari apa yang terjadi dengan hidup saya. Belum lagi ketika saya harus dimarahi oleh bos, rasanya saya ingin membantah dengan kalimat "hey gak usah marah-marah, orang tua saya saja tidak pernah memarahi saya di rumah". Namun saya sadar saat ini saya sedang dicoba, saya harus sabar dan kuat untuk menghadapi pelajaran hidup ini.
Setelah 3 bulan lamanya di tempat itu, saya memilih untuk pindah kerja karena tidak ada peningkatan sama sekali, gaji saya tidak naik dan saya tidak mendapatkan pengalaman atau keahlian yang cukup untuk berkembang. Saya pindah dari satu tempat ke tempat lain, masih dalam usaha mebel, dan di tempat yang baru ini saya bekerja kepada salah satu pengusaha mebel yang memiliki 3 tempat usaha yang cukup sukses dengan banyaknya karyawan di sana. Saya masih menjadi kuli, dan saya dijanjikan gaji yang cukup besar, diberikan tempat untuk menginap, dijanjikan motor untuk sarana saya ketika ingin pulang, dan berbagai janji lain oleh mandor di tempat saya bekerja, dan nyatanya hampir semuanya bohong!
Saya masih ingat ketika gaji saya dipotong oleh sang mandor, saya dicaci maki hanya karena masalah sepele, sungguh ini adalah hal yang tidak saya duga sama sekali. Saya pikir orang jahat dan licik hanya ada di dalam sinetron, namun saya menemuinya sendiri, seorang yang memberikan janji manis akhirnya membuat saya sangat down dan kecewa. Saya hanya bertahan selama 2 bulan di tempat itu, dan rasanya seperti sebuah penjara yang mengucilkan saya!
Saya memilih untuk pulang ke rumah, saya sudah memutuskan untuk tidak bekerja lagi, dan akhirnya saya mendapatkan jala untuk memulai usaha saya dari hal yang kecil, dari hal yang tidak saya ketahui, dan dari modal yang sangat-sangat tidak layak untuk memulai sebuah usaha. Namun semua perjuangan itu akhirnya menghasilkan juga, kini saya bisa sedikit nyaman dengan usaha saya, pendidikan saya juga bisa saya tingkatkan menjadi seorang sarjana, dan kini saya menyadari betapa berharganya pengalaman saya dulu ketika bekerja.
0 komentar:
Post a Comment