Hidup Itu "Sawang-Sinawang" Hingga Kita Lupa Untuk Bersyukur

Sawang-sinawang adalah sebuah kata dalam bahasa jawa yang artinya mungkin adalah saling memandang, dan ini adalah hal yang kita lakukan dalam kehidupan nyata. Si A seorang pengangguran, memandang si B yang kerja dan ingin seperti si B, si B memandang si C yang pengusaha, dan si C malah memandang si A yang pengangguran dan tidak banyak beban, semuanya tidak bisa menikmati apa yang ada pada dirinya sehingga terkadang lupa untuk bersyukur.

Beberapa bulan yang lalu saya juga mengalami hal yang seperti ini, saat itu saya mengenal salah satu merketing pulsa yang bekerja sama dengan saya. Setelah saya korek informasi darinya, dia memiliki hampir 500 downline pulsa yang memberikannya pemasukan pasif setiap hari. Bayangkan saja dalam satu transaksi teman saya mendapat Rp 10, 00, lalu satu downline melakukan minimal 10x transaksi, dan dari 500 downline maka dalam satu hari dia mendapat income pasif sebesar Rp 50.000, 00, maka dalam satu bulan minimal dia mendapat pemasukan pasif sebesar Rp 1.500.000, 00 dan ini adalah perhitungan paling minimal, sedangkan dalam satu hari satu downline bisa melakukan hingga 20-30x transaksi yang artinya pemasukannya bisa berlipat ganda juga. Gajinya sekitar 3juta ditambah dengan pemasukan pasif anggap saja sekitar 2juta, lalu istrinya bekerja di salah satu restoran, dan merek masih memiliki usaha lain di rumahnya, jadi dalam satu bulan pasangan ini bisa mendapat penghasilan mencapai 10juta lebih.

Di desa, penghasilan sebesar itu sudah sangat lebih dari cukup untuk hidup mewah dan bisa hidup enak, saya sebagai manusia biasa juga ingin seperti dia yang cukup enak dengan posisinya sekarang. Tapi ternyata benar adanya kalau hidup ini adalah sawang-sinawang, karena beberapa waktu yang lalu dia bertemu saya dan apa katanya? "saya sebenarnya ingin seperti kamu loh, punya usaha sendiri gak disuruh-suruh sama atasan", saya yang ingin seperti dia eh malah dia juga ingin seperti saya, hehehee.

Terkadang manusia lupa untuk bersyukur, terlalu fokus memandang ke atas dan lupa dengan apa yang sudah dia miliki saat ini. Sebenarnya hal seperti ini bagus juga untuk perkembangan, namun kebanyakan salah menggunakannya dan membuatnya terjebak dalam pencarian yang terus menerus karena manusia tidak memiliki batas kepuasan, dan yang paling menakutkan adalah munculnya sifat iri dan dengki atas kesuksesan orang lain.

Saya bukanlah orang yang kaya raya bergelimang dengan harta benda, saya juga bukanlah pengusaha yang sudah sukses, saya hanya pemuda yang menikmati pilihan hidup saya sebagai seorang pedagang, calon pengusaha sukses yang ingin bebas mengekspresikan keinginannya. Dan dengan keadaan saya yang masih berjuang ini, ternyata banyak juga teman yang terinspirasi dan ikut dalam dunia usaha, mereka melepas pekerjaannya dan ikut berjuang dalam dunia usaha.


Sekali lagi, hidup ini memang saling memandang satu sama lain, namun sadarlah bahwa yang kita kira enak hidupnya, terkadang lebih susah dari kita, yang kita pandang susah bahkan lebih bahagia daripada kita. Bersyukurlah dengan apa yang kita punya, maka Tuhan akan menambah nikat kita semua!

Wirausahakan Updated at: 10:18 PM

0 komentar:

Post a Comment