Suatu ketika saya sempat dekat dengan seorang teman, usianya 1 tahun lebih tua dari saya, namanya gak usah disebutin, intinya saya punya kisah yang cukup menginspirasi dari teman saya ini. Dia adalah seorang anak pengusaha kayu, bisa dibilang orang sukses di desanya, salah satu orang kaya yang kala itu sedang bersinar. Nah teman saya ini gayanya jangan ditanya lagi, masalah barang baru dan branded dia nomor satu yang sudah beli duluan, mirip suneo lah, gaya hidupnya itu ke-kotaan banget padahal rumahnya di pelosok desa, di rumah ternyata juga mempekerjakan pembantu yang tak lain saudaranya sendiri.
Singkat cerita, teman saya lulus SMK dan dia memilih untuk tidak kuliah, tidak juga ikut mendaftar kerja seperti teman-teman yang lain. Saat kami sedang ngumpul bareng, ada salah satu teman yang nanya kenapa gak kerja atau kuliah, namun teman saya yang anak pengusaha ini berkata dengan agak sombong kala itu, "ngapain kuliah, yang sarjana aja pada nganggur, ngapain kerja, udah capek-capek gajinya gak seberapa, aku kalau butuh duit tinggal minta sama bapak aja kok", jujur kala itu saya dan teman-teman lain cukup sakit hati mendengar ucapannya, yah walau benar adanya seperti itu namun dia kurang memperhatikan nasib kami yang kala itu masih susah.
Teman-teman sibuk kuliah, berjuang biar bisa jadi sarjana, sedangkan yang lain bekerja di kantor, PT, bahkan ada yang senasib dengan saya mencoba peruntungan di dunia usaha dengan modal nekad dan memulai dari 0. Nah teman saya yang anak pengusaha kayu itu memilih untuk mengekor bapaknya, minta dibuatin usaha yang langsung gede, lalu dibangunin deh usaha mulai dari dealer motor, toko bangunan, bahkan usaha lain yang diminta anaknya itu, iyalah orang kaya! Namun entah kenapa usaha yang dijalankan tak pernah sukses, bahkan lama kelamaan malah usaha bapaknya yang semakin kacau, hutang kesana-kesini dan usahanya satu per satu mulai ditutup karena kurang berkembang atau memang bermasalah.
Setelah beberapa tahun berlalu, kami ngumpul lagi dengan cerita masing-masing, yang kuliah sekarang sudah pada sukses dapat kerja dengan posisi dan gaji yang lumayan, yang dulu kerja sekarang sudah banyak yang berkeluarga dan punya rumah sendiri, yang usaha juga sudah mulai berhasil dengan usahanya. Kala itu sang anak pengusaha diam saja sih, entahlah kami juga menganggap dia masih enak hidupnya karena bapaknya kaya raya. Salah satu teman yang kerja di KAI sempat memberikan kabara juga, kalau ada penerimaan karyawan baru di tempat kerjanya, namun diantara kami yang kumpul hanya satu dua orang yang tertarik, karena kami sudah punya urusan masing-masing juga sih.
Beberapa hari kemudian kami kumpul kembali, siang-siang kebetulan pas libur dan agak free, dan yang mengejutkan saat itu, sang anak pengusaha kayu yang kaya raya datang memakai pakaian baju putih dan celana kain hitam, kami yang disitu cukup heran. Usut punya usut ternyata dia ikut daftar kerja di KAI, namun gagal, berita yang cukup mengejutkan. Saat itu dia mulai bercerita bahwa usaha bapaknya semakin hancur, dia sudah tidak lagi mendapat uang jajan dan orang tuanya menyuruh dia untuk kerja, yah karena ada lowongan di KAI akhirnya dia mau masuk dan ikut daftar di situ walau tidak diterima juga.
Sejak saat itu sang anak pengusaha sudah tak se-sombong dulu kala saat usaha bapaknya lagi jaya, kini dia mulai hidup irit dan mau mendaftar kerja, yah memang dia akui bahwa usahanya sulit dan banyak yang gagal, hutang keluarga juga banyak, jadi dia berubah dan memulai usaha untuk bisa kerja dari 0 lagi.
Sebuah pelajaran untuk saya pribadi, jangan sombong dengan keadaan yang kita alami, bisa saja Allah mencabut segala nikmat yang ada pada kita, hidup berputar dan kadang kita di atas kadang juga kita di bawah, jadi memang semua adalah milik Allah, gak ada yang bisa kita sombongkan sama sekali.
0 komentar:
Post a Comment