Suatu ketika teman saya atau yang lebih pantas disebut guru saya, dia adalah seorang sarjana jurusan manajemen dari sebuah kampus ternama, sedang berdagang baju di pinggir jalan menggunkana gantungan yang diisi banyak barang dagangannya. Saat sedang menjajakan barang dagangannya tersebut, datanglah seorang PNS tua yang sepertinya sedikit mengenalnya, lalu terjadilah percakapan ringan antara keduanya. Memang teman saya ini adalah orang yang pintar dalam berbicara, dia enak kalau diajak ngobrol, dan obrolannya selalu nyambung dan sangat menghargai lawan bicaranya. Singkat cerita dalam obrolan antara teman saya dan sang PNS tersebut terjadilah pedebatan ringan, dimulai saat sang PNS bertanya tentang status pendidikan teman saya yang berjualan baju tersebut, teman saya tentu menjawab bahwa dirinya adalah seorang sarjana manajemen, akan tetapi sang PNS kemudian mencibirnya dengan sebuah hujatan yang tentu sangat menyakiti hati siapapun yang sedang dalam tahap awal membangun usaha, sang PNS berkata dengan jelas untuk apa kamu sekolah tinggi-tinggi selama bertahun-tahun kalau akhirnya hanya menjadi seorang penjual baju di pinggir jalan? orang yang gak sekolah pun bisa melakukannya. Mendengar kata-kata dari sang PNS tersebut, teman saya agak sedikit merasa marah akan tetapi dengan kesabarannya dia menjawab dengan cerdas, dia menjawabnya dengan lembut mengingat sang PNS lebih tua darinya, teman saya hanya berkata bapak...bukannya begitu, saya sudah bertahun-tahun menuntut ilmu dan diperintah oleh para guru dan dosen saat harus mengerjakan tugas yang mereka berikan, saya wajib meatuhi peraturan mereka, saya harus menjadi bawahan mereka dan patuh kepada mereka, lalu kenapa setelah lulus saya harus bekerja dan tetap menjadi bawahan dari seorang bos? Kapan saya merdeka? Mungkin bapak melihat saya berjualan di pinggir jalan merasa iba dan kasihan, akan tetapi saya malah merasa bangga dan bahagia karena saya buka lagi seorang bawahan. Mendengar jawaban teman saya tersebut, si bapak PNS entah kenapa langsung terdiam dan dengan muka agak sedikit malu segera meninggalkan lapak teman saya tersebut, entah mungkin ada sedikit kepentingan di kantor bersama bosnya.
Sebagian dari kita tentu pernah mendengar pepatah dari Bob Sadino "setinggi apapun pangkat kamu, kamu tetaplah seorang kuli, sekecil apapun usaha kamu, kamulah yang menjadi bos", dalam kasus teman saya diatas mungkin pepatah ini sangat tepat untuk menggambarkannya. Memang sekarang banyak pegawai atau karyawan yang memiliki jabatan cukup tinggi dan merasa dirinya adalah seorang bos, akan tetapi mereka mungkin tidak sadar jika mereka hanya seorang pegawai, pekerja, karyawan, kuli, bawahan.
Jadi untuk apa sekolah tinggi kalau hanya menjadi pedagang? Sekolah adalah proses mencari ilmu, dan ilmu yang didapat dari sekolah selama bertahun-tahun tentunya akan bermanfaat untuk menjalankan sebuah usaha, jadi dalam hal ini yang digunakan adalah ilmu yang didapat dari sekolah, bukan ijazahnya. Maka terlalu tidak adil jika harus menghakimi seorang sarjana yang memilih untuk berdagang, karena terkadang apa yang anda lihat di lapaknya berbeda dengan apa yang ada di dalam gudangnya.
Sebagai informasi tambahan, teman saya tersebut sekarang sudah memiliki sebuah toko dengan tidak kurang dari 50 reseller yang membantu memasarkan produknya, dia juga memiliki sebuah mobil dan satu unit sepeda motor merk ninja kawasaki yang berharga puluhan juta, akan tetapi dia lebih senang makan di angkringan bersama teman-temannya, dan orang tuanya adalah seorang pengusaha boneka yang sukses di kota bogor. Jika saja sang PNS mengetahuinya terlebih dahulu, mungkin kata-katanya tidak jadi diucapkan dan lebih memilih untuk diam.
baca juga : beban sarjana muda
baca juga : beban sarjana muda
sekolah kan tujuan nya bukan hanya untuk sukses tapi juga untuk pintar dan berilmu
ReplyDeletebetul banget, tapi kenyataannya sekarang banyak orang sekolah hanya untuk mencari ijazah, saya berharap semoga masih ada yang benar2 mencari ilmu :)
Deletesalam sukses...
Sekolah itu buang-buang waktu dan biaya...
ReplyDeleteBanyak orang tua yang bangkrut karena terlalu mementingkan pendidikan anaknya.
Kebutuhan biaya pendidikan anak-anak lebih besar dari pendapatan orang tuanya.
Setelah lulus pasti sukses? Kenyataannya banyak pendidikan yang diperjuangkan tidak terpakai.