Inilah yang Terjadi Jika Kamu Tidak Pamer Kekayan pada Orang Lain

Setelah lulus sekolah (entah SMP, SMA atau kuliah), lalu kerja di tempat yang bonafit dengan seragam yang mentereng dan kemudian dipandang orang sebagai orang sukses. Namun, masalah mulai muncul ketika kenyataan pahit tentang nominal gaji ternyata tidak sesuai dengan pandangan orang yang mengira bahwa sukses itu kaya raya. Setelah terjadi pertempuran hati, akhirnya mau tidak mau harus mulai beli ini beli itu dengan kredit, utang maupun nipu-nipu yang penting bisa mengimbangi pandangan sukses dengan kenyataan.


Kehidupan seperti ini bukan hanya ada di negeri sok kaya sana tapi sudah mulai menjalar di kehidupan masyarakat Indonesia yang sebelumnya adalah orang-orang yang enggan untuk pamer kekayaan dan memilih untuk hidup sederhana. Dengan mementingkan pandangan dari masyarakat umum agar tidak dicap sebagai orang miskin, toh nyatanya banyak orang yang akhirnya punya utang berlimpah hanya karena takut miskin eh takut dicap miskin maksudnya.

Gaji kantor cuma 3 juta tapi dalam waktu beberapa bulan saja bisa punya motor bagus dan mobil bekas dengan harga yang kalau dihitung dari sisa gaji yang hanya 1 jutaan maka baru bisa kebeli setelah nabung 3 tahun. Kalau bukan keturunan darah biru, mungkin saja orang itu utang sana sini demi beli ini itu yang pada dasarnya tidak penting.

"Kita terlalu ambisius untuk membeli sesuatu yang tidak kita inginkan dengan uang yang tidak kita miliki hanya untuk pamer kepada orang yang tidak kita sukai."

Kenapa sih kita gak bisa mengacuhkan omongan orang lain mengenai kesuksesan kita dan kenapa pula kita tidak menyembunyikan hasil jeri payah kita hanya demi menghargai orang lain yang belum sukses, karena takutnya mereka malah jadi iri dengan kita?

Belum lama ini saya diceritakan oleh tetangga tentang seorang pemuda lulusan SMP yang kerjanya cuma jadi buruh dengan gaji yang sangat pas-pasan. Eits, jangan dikira ia anaknya orang miskin yah, soalnya orang tuanya itu kaya raya dengan tanah yang berlimpah ruah dan hasil bumi yang kalau dipakai untuk menghidupi keluarganya lebih dari cukup tanpa bekerja sekalipun.

Pemuda ini punya pola pikir yang sangat-sangat berbeda dengan orang lain sepantarannya karena ia tak mengikuti arus perkembangan jaman dan lebih memilih untuk "memperkaya diri" ketimbang terlihat kaya raya di depan banyak orang.

Gajinya yang pas-pasan bisa ia maksimalkan dengan menabung, irit pengeluaran, nambah penghasilan dari sumber lain, jarang main, jarang jajan, pokoknya yang ada di pikirannya hanya perbanyak pemasukan dan perkecil pengeluaran. Bahkan, dengan banyaknya teman yang beli motor baru buat narik perhatian kaum hawa pun tidak membuatnya iri, ia tetap percaya diri dengan motor butut pemberian orang tuanya sampai sekarang.

Bayangin aja deh gaji gak sampai 3 jutaan (kalau dihitung kira-kira) dan selama beberapa tahun saja ia sudah bisa nabung hingga hampir seratus juta. Kalau ia pamer, mungkin banyak tetangga yang melongo karena nominal yang ia punya namun nyatanya ia memilih untuk diam saja dan tetap menjadi orang biasa.

Seperti cerita di atas, ketika seseorang memutuskan untuk tidak pamer kesuksesan dan kekayaan pada orang lain, maka ia berkesempatan ngirit pengeluaran untuk membeli barang yang tidak penting bagi hidupnya. Semakin ia irit, maka semakin banyak pula sisa uang yang bisa ditabung dan menyicil untuk benar-benar menjadi kaya raya tanpa mempedulikan arus masa kini yang memaksa banyak orang miskin jadi sok kaya.

Selain memperkaya diri, dengan tidak pamer maka semakin sedikit orang yang mengenalmu dan berpotensi memperkecil resiko orang jahat yang mau menipu, ngutang gak bayar dan memanfaatkan kamu dengan uang yang kamu punya. Mereka yang mau jahat tentu akan pikir-pikir lagi nyari mangsanya, bukan?

Hidup memang penuh dengan banyak komentar dari orang di skeitar kita, semua itu ada manfaatnya jika kita bisa menggunakan dan memilahnya. Namun jika membuat kita terpengaruh dengan komentar itu, maka bersiaplah menjadi bagian yang terbawa arus dan harus hidup dengan tertarik sana-sini tanpa mengetahui mana yang kebutuhan dan mana yang sekedar keinginan yang sebenarnya tidak diinginkan sama sekali.

"Saatnya menjadi orang kaya, bukan orang sok kaya!"

Wirausahakan Updated at: 9:59 PM

0 komentar:

Post a Comment