Pernah suatu ketika saya bertemu dengan teman sekolah, saat itu dia sedang berdagang di jalanan. Kami ngobrol sembari bertukar pikiran mengingat masa lalu di bangku sekolah, dan sampailah pada saat saya menanyakan tentang usahanya dan jawabannya membuat saya agak kecewa saat dia mengaku bahwa usahanya tersebut dilakukan karena terpaksa, nyari kerja katanya susah, kalau dapat kerja juga gajinya kecil, jadi terpaksa usaha buat nyari pemasukan. Wah wah wah, saya agak jengkel mendengarnya, namun itu adalah pilihan teman saya, jadi saya tidak bisa menghakiminya secara langsung.
Sebenarnya perilaku seperti ini sangat banyak kita temui, apalagi kalau misalnya dalam keadaan awal membuka usaha, katakanlah kita menjual siomay dengan gerobak dan dijajakan di pinggir jalan, lalu kita bertemu teman sekolah yang sekarang menjadi manajer di sebuah perusahaan, tentunya kita akan malu dan minder. Hal tersebut wajar saja, namun jangan mengkambing hitamkan usaha juga donk, udah untung masih diberi kesempatan untuk membuka usaha, masih saja ngeluh.
Kenyataannya dalam kehidupan ini, usaha adalah pilihan kedua, setelah menyerah mencari pekerjaan, dan hal tersebut memang kenyataan kok, mau usaha saja nunggu lowongan kerja tertutup semua. Padahal banyak sekali pegawai sukses yang memiliki gaji berpuluh-puluh juta dan ternyata merasa lelah bekerja dan ingin memulai usaha sendiri. Noh, yang udah kaya aja malah pada pengin buka usaha, masa yang usaha bisa jawab gara-gara kepaksa karena keadaan, kan lucu.
Apapun usaha anda, seberapa kecilpun usaha anda, dan sesusah apapun keadaan anda saat ini, jika anda memiliki usaha, berbanggalah dan jadikanlah usaha anda adalah sebuah pilihan hidup anda, bukannya menganggap usaha anda hanya sebagai pelarian dari keadaan yang mencekik saat ini. Karena semua yang kita niatkan akan menjadi rejeki kita, jadi kalau masih niat menjadikan usaha sebagai pelarian saja, maka jangan ngeluh kalau hasilnya ya hasil pelarian alias tidak berkembang.
0 komentar:
Post a Comment