Perkenalan Dengan Pasutri Pedagang Kaki Lima



Pengalaman pribadi saya ketika berkenalan dengan pasutri (pasangan suami istri) yang berprofesi sebagai seorang pedagang kaki lima ini sengaja saya tulis, karena merupakan pengalaman yang cukup berkesan bagi saya.

Pertengahan 2013, saya pernah mencoba menjadi pedagang kaki lima di acara pasar pagi, saya adalah pendatang baru dengan barang yang baru saat itu, tidak mengenal siapapun di sana, tapi saya beranikan diri saja mencari lapak untuk berjualan, singkat cerita saya mendapatkan lapak di sebelah penjual kacang mete, jersey bola, baju, gorengan, dan juga pedagang dompet dan sabuk, saat itu saya akrab dengan penjual dompet, jersey, dan kacang mete karena mereka memang berada di sebelah saya. Kurang lebih selama setengah tahun saya menjalani akhir pekan saya di pasar pagi tersebut, berat memang perjuangan saat itu, menggunakan sepeda motor menempuh jarak yang lumayan jauh dengan membawa barang dagangan yang banyak, akan tetapi awal usaha tersebut adalah pelajaran yang sangat berharga bagi saya.

Singkat cerita setelah 6 bulan lamanya saya berada di pasar pagi tersebut, saya menemukan sebuah kios kecil yang akhirnya saya sewa untuk lapak jualan saya yang permanen. sejak saat itu saya sudah jarang sekali berjualan ke pasar pagi, dikarenakan faktor lelah dan kesibukan saya yang tidak memungkinkan untuk tetap berjualan di pasar pagi sebagai pedagang kaki lima.

Satu setengah tahun berselang, saya sudah hampir lupa dengan teman-teman seperjuangan saya di pasar pagi, mungkin hanya 1 orang saja yang sering saya singgahi yaitu si penjual jersey, karena umur yang tidak jauh berbeda dan kesamaan cara berfikir yang membuat saya senang saat ngobrol dengannya. Saat sedang berjualan di kios saya, tiba-tiba datang seorang bapak-bapak paruh baya bersama sang istri, jika menurut saya usia bapak tersebut sekitar 30-40 tahun, dan sang istri sepertinya berumur 20-30 tahun, saat itu saya malah sempat berfikir bahwa sang istri adalah anaknya hahahahaa...
Kemudian mereka mulai bercerita dengan saya dan berkata bahwa mereka adalah penjual baju di samping saya saat saya berjualan di pasar pagi, dia masih ingat kepada saya, apdahal sungguh saya tidak mengenal mereka, dengan rasa canggung saya pura-pura kenal saja kepada mereka walaupun memang aslinya kurang ingat atau bahkan tidak kenal, lama berbincang akhirnya mereka membeli beberapa dagangan yang saya jual, kemudian pergi. Saya sempat bertanya-tanya saat itu, benarkah itu penjual baju yang ada di dekat saya dulu sewaktu di pasar pagi, kenapa istrinya sangat muda, bagaimana keadaan mereka sekarang. Banyak pertanyaan yang terlintas hingga membuat saya sedikit kepo.

Selang beberapa hari, sang pasutri datang lagi ke kios saya, mereka ingin bekerjasama dengan saya menjadi reseller saya untuk menjual barang dagangan saya, tentu saya menyambut baik tawaran tersebut, hingga terjalinlah kerjasama saya dengan pasutri pedagang kaki lima penjual baju di pasar pagi tersebut, BBM menjadi alat komunikasi kami hingga saat ini. Lewat percakapan di BBM tersebut akhirnya saya mulai sedikit tahu dengan latar belakang pasutri tersebut, yang membuat saya kaget adalah status mereka yang ternyata Guru di sebuah SMA Negri, sungguh hebat! Penampilan mereka sejak awal bertemu sangat-sangat sederhana, tidak pernah mencerminkan orang kaya ataupun seorang guru, akan tetapi setelah fakta dari latar belakang mereka saya ketahui, benar-benar membuat saya kagum kepada mereka. Dengan profesi sebagai guru di sebuah SMA Negri, sebuah mobil, dan 2 unit motor, mungkin rumah yang mewah (karena saya belum sempat ke rumah mereka), akan tetapi tidak membuat mereka merasa malu saat berjualan sebagai pedagang kaki lima. Status dari profesi mereka bukanlah sebuah kebanggaan bagi mereka, walaupun tanpa berjualanpun mereka adalah orang yang mampu, akan tetapi jiwa mereka memang seorang wirausahawan sejati. Di sela-sela kesibukan dan kenyamanan profesi mereka sebagai guru, mereka masih sempat bersusah payah berjualan di pasar pagi, di pinggir jalan penuh debu, dibawah terik matahari, dan tatapan mata-mata sinis yang masih menganggap pedagang kaki lima sebagai profesi yang tidak layak.

Dalam hidup ini terkadang kita tertipu dengan penampilan seseorang, ada orang yang terlihat miskin akan tetapi sebenarnya dia seorang yang mampu, ada juga (banyak) orang yang suka pamer kekayaan dan harta benda, akan tetapi sebenarnya mereka kaum yang memprihatinkan jika di rumahnya. Memang manusia pertama kali dinilai dari penampilannya, akan tetapi lebih bijak jika tidak menghakimi penampilan seseorang tanpa tahu latar belakang sebenarnya.

Wirausahakan Updated at: 1:05 AM

0 komentar:

Post a Comment