Suatu ketika saya berada di sebuah pasar dadakan di pinggir jalan, kala itu ada acara besar yang melibatkan banyak orang, dan tentunya para pedagang tak mau ketinggalan momen berharga seperti itu. Saya mengikuti teman saya yang notabene memang seorang pedagang, menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Kalau tidak salah yang dijual saat itu adalah sandal-sandal KW yang memiliki kualitas cukup bagus, dengan harga berkisar 50 ribu untuk satu pasangnya.
Jujur saat itu saya malu, saya seorang mahasiswa dan saat itu saya harus berjualan di pinggir jalan, di bawah teriknya matahari dan keruhnya udara yang bercampur dengan debu jalanan, belum lagi ketika datang pelanggan yang saya kenal, kalau bisa sih saya memilih untuk memakai masker agar wajah saya tak terlihat.
Teman saya memperhatikan gelagat saya yang kurang nyaman, lalu dia mulai menghujani dengan pertanyaan yang bodoh menurut saya, entahlah mungkin saya yang bodoh saat itu. Dan pertanyaan itu adalah "hay kamu tahu kenapa kita harus berdagang?", saya yang lumayan kaget dengan pertanyaan itu menjawab sekenanya saja, "yah tentu saja, kamu sudah membeli banyak barang untuk dijual, maka wajar kalau kita harus berdagang". Dan dia tersenyum, lalu dia menepuk punggung saya saat itu, dan tentu saja saya semakin heran dengan perilakunya yang membuat otak saya bertanya-tanya, "maksudnya pertanyaannya apa ini orang?".
Sambil melayani pelanggan yang datang, teman saya kemudian menunjukkan jarinya ke arah sebelah, di sana ada sebuah mobil mewah dengan penjual yang sedang menjajakan sepatunya, ditaruh di dalam mobil dan dibuka jendela serta pintunya, berbagai jenis sepatu yang dijajakan juga ditaruh di atas mobilnya. Lalu teman saya berkata, "kamu lihat pedagang itu? Dia temanku! Dia adalah seorang pegawai di salah satu perusahaan besar, posisinya sudah bagus di perusahaan, gajinya udah gak usah di bahas lagi, dan itu adalah mobil keduanya karena di rumah masih ada satu mobil lagi". Aku yang heran dengan perilaku temanku itu lalu menyela perkataannya, "lalu apa hubungannya dengan pertanyaanmu tadi?", Dia tersenyum lagi dan menjawab dengan santai tapi sangat berarti, "yah kamu lihat kan, dia yang sudah punya pekerjaan bagus, gaji yang besar, punya kekayaan dan nyaman saja masih mau berdagang di pinggir jalan, sementara kita yang masih berjuang, masih kuliah, masih belum punya apa-apa, kenapa kita harus malu untuk berdagang?". Degggg!!!! Hati saya ngilu, jantung berdetak lebih cepat, suka kaget dengan kata-katanya itu, dan akhirnya saya menundukkan kepala saya lalu melanjutkan melayani pelanggan yang datang.
Saya tahu persis apa maksud teman saya itu, dia ingin membantu saya agar tidak malu ketika jualan, agar saya tidak minder untuk jualan, toh halal dan tidak melanggar hukum. Yah sebuah pertanyaan bodoh yang membuat saya menundukkan kepala, saat itu saya terlalu sombong, jujur saya mengakuinya. Saya merasa bangga sebagai mahasiswa, kenapa saya harus jualan di pinggir jalan, dan jawabannya ada di sebelah saya, karena di sebelah saya ada orang sukses yang juga sedang berdagang, well itulah yang harus saya tahu.
Terkadang kita terlalu memuliakan diri kita sendiri, menganggap kita istimewa, dan malu untuk berdagang, terkadang kita membiarkan pikiran negatif dan pesimis mengalahkan kita untuk berusaha di dunia usaha, yah ini mungkin bukan untuk saya sendiri karena saya yakin banyak diantara kita juga mengalami hal seperti ini. Malu berdagang karena kita merasa istimewa, keren, dan takut dikira miskin kalau berdagang, tapi ternyata banyak orang kaya yang sukses sedang berdagang, tanpa malu dan tanpa memikirkan siapa mereka.
Kenapa kita harus berdagang? Karena kita belum sukses! Orang yang sukses saja gak malu buat dagang! Lalu kenapa kita harus malu? Pikirkanlah!
0 komentar:
Post a Comment