Sesungguhnya Tuhan Tidak Memandang Kita Sebagai Pegawai atau Pengusaha

Ketika kita disuruh memilih untuk menjadi pegawai atau pengusaha, tentu ada sebuah kebingungan yang akan kita dapatkan, jika kita memilih menjadi pengusaha maka pertanyaannya adalah usaha apa yang cocok dengan kita? Modalnya darimana? Bagaimana jika gagal? Seperti yang sudah pernah saya tuliskan dalam blog ini. Lalu ketika kita memilih menjadi seorang pengusaha maka pertanyaannya adalah dimana kita harus bekerja? Berapa gajinya? Bagaimana kesejahteraan di sana? dan lain sebagainya.

Itu hanya pertanyaan-pertanyaan sederhana yang wajar kita temui, namun jujur saja ada pertanyaan yang terkadang membuat kita sombong sebelum waktunya, ketika akan menjadi pengusaha maka kita akan memikirkan rasa malu saat memulai, kegagalan yang belum tentu terjadi, dan gengsi yang kita jaga. Kalaupun memilih jadi pegawai nantinya kita akan jadi kuli, kita tak bisa sukses, waktu kita habis meng-kaya-kan para bos, dan lain sebagainya.

Seperti kisah teman saya, dia adalah sarjana S1, memiliki keinginan kuat untuk menjadi pengusaha, dia sudah mulai menjalankan usahanya itu dan cukup berhasil, namun orang tuanya ingin agar dia sukses menjadi seorang pegawai dengan gaji tinggi dan jabatan tinggi, lalu dia pun bingung. Usahanya dikesampingkan sembari dia mendaftar kerja di perusahaan besar, lalu ketika tidak jua diterima, akhirnya dia memulai lagi usahanya, dan mencari kerja lagi, begitu jalan hidupnya berputar-putar seperti itu, usahanya tidak ditekuni dan pekerjaannya juga tidak kunjung dia dapatkan. Dia sering membanggakan tittle-nya yang sarjana, dia berambisi untuk sukses, dia menganggap orang lain yang pendidikannya di bawahnya tidak memberinya manfaat dan kini dia meninggalkan teman-temannya dan memilih untuk bingung sendiri. Sungguh ini adalah iron maiden ironi untuk kita semua.

Saya katakan, sesungguhnya Tuhan tidak menatap kita sebagai pengusaha atau pegawai, karena yang dilihat oleh Tuhan adalah ketakwaan kita kepadanya. Untuk kita yang pengusaha, sebaiknya jangan merendahkan para pegawai dengan kata kuli, mereka juga berusaha mencari rejeki dengan jalannya, mereka juga berhak untuk sukses kok. Bagi yang kini jadi pegawai sukses, jangan kalian menghina para pengusaha yang sedang merintis usahanya, mungkin saja saat ini para pengusaha itu tak memiliki usaha yang bagus, hasil usahanya hanya sepersekian dari gaji bulanan anda, namun tidak menutup kemungkinan tiba-tiba dia sukses dan memiliki hasil lebih besar dan waktu luang lebih banyak dari kalian, ingat bung, roda hidup ini terus berputar.


Saya adalah seorang yang memiliki ambisi untuk menjad seorang pengusaha sukses, namun saya bukan seorang ambisius, dan saya sangat menghormati para pegawai, mereka juga berjuang dalam mencari rejeki, seperti saya juga. So, tak ada bedanya antara pengusaha dan pedagang yang terlalu mencolok, yang ada hanya perbedaan caranya saja, semua sama, semua berhak sukses, janganlah kita saling menjatuhkan.

Wirausahakan Updated at: 2:26 AM

0 komentar:

Post a Comment