Hampir semua orang sudah paham saat melihat sebuah lapak yang memiliki banner bertuliskan Lamongan, pasti yang terbayang adalah pecel lele, ayam goreng, ayam bakar, bebek goreng, dan lain sebagainya. Saya tidak akan menjelaskan secara detail isi dari warung lamongan, namun saya akan bercerita tentang warung lamongan di dekat tempat saya.
Suatu ketika saya ingin mencari makan di malam hari, dan tak sengaja saya datang ke sebuah warung lamongan di ruko yang tidak jauh dari tempat saya, lumayan hebat sekelas lamongan berani menyewa 2 ruko kecil sekaligus, karyawannya sekitar 4 orang, dan tempatnya lumayan rapi dan bersih. Rasa masakan di warung tersebut memang lumayan enak, saat saya memesan ayam goreng, rasanya gurih dan bumbunya meresap, ditambah lalaban dan sambal yang mantap, gak terasa saya malah nambah nasi (sistem penjualan di lamongan adalah beli lauk, ambil nasi sepuasnya). Beberapa lama kemudian warung lamongan tersebut tutup, sempat kaget juga warung seramai itu kok tutup. Ternyata warung lamongan tersebut pindah tempat, dan yang membuat saya semakin takjub adalah, warung lamongan itu menyewa sebuah ruko dengan harga sewa Rp 50.000.000, 00 per tahun, dengan hampir 7 karyawan yang bekerja aktif, hebat.
Sempat berfikir juga, berapa sih keuntungan dari warung lamongan kok berani sewa ruko yang nyampe 50 juta per tahun, apa kuat bertahan dengan dagangan makanan seperti itu, belum lagi karyawan yang jumlahnya mencapai 7 orang. Tidak sengaja membaca sebuah artikel di internet, ternyata oh ternyata keuntungan dari sebuah warung lamongan mencapai 30% dari omset penjualannya, jadi kalau saya asumsikan dalam sehari warung tersebut melayani 100 orang dengan masing-masing penjualan Rp 20.000, 00, maka dalam satu hari warung tersebut memiliki omset sebesar Rp 2.000.000,00, dengan keuntungan 30% maka dalam satu hari warung tersebut bisa meraih keuntungan hingga Rp 600.000, 00, dan dalam satu bulan berarti bisa mencapai Rp 18.000.000, 00. Kalau hanya untuk bayar 7 orang karyawan, sewa kios per bulan Rp 4.200.000, 00 (4,2x12=50,2), ditambah pengeluaran lainnya, maka keuntungan dari warung lamongan tersebut masih diatas 5 juta setiap bulannya, apalagi saya hanya menghitung dalam satu hari hanya 100 pembeli, karena yang saya lihat penjualan warung lamongan tersebut lebih dari 100 pelanggan setiap hari.
Ternyata bukan hanya kantor dan bank besar yang berani menyewa ruko yang mahal, warung lamongan-pun berani menyewanya, karena ternyata keuntungan dari warung lamongan terhitung cukup besar, bayangkan saja satu porsi ayam (paha atau dada) bisa mencapai Rp 17.000, 00. Bagi anda yang lihai dalam hal kuliner, saya pikir anda bisa mencoba untuk bergerak dalam warung lamongan atau semacamnya karena keuntungan dan nama besarnya yang sudah banyak dikenal dimana-mana, jadi pemasaran yang anda lakukan akan terbantu secara tidak langsung.
0 komentar:
Post a Comment